Bicara perayaan hari
Valentine memang tidak ada habisnya. Banyak diskusi dan argument yang terus berkembang.
Apalagi seiring merebaknya penggunaan media sosial seperti twitter dan facebook
membuat masyarakat semakin yakin untuk menyetujui perayaan Valentine atau
tidak. Tulisan ini tidak akan membahas terlalu jauh tentang tinjauan perayaan
Valentine dari sisi agama. Tapi lebih fokus pada pelarangan merayakan hari
Valentine oleh beberapa pemerintah daerah dan kota.
Terlebih dahulu kita mesti
mengetahui, apakah hari Valentine itu melekat pada sebuah agama sebagai salah
satu ibadah atau hanya budaya semata. Ini sangat penting sekali untuk di
pahami. Karena kalau perayaan hari Valentine melekat pada suatu agama yang di akui oleh negara Indonesia dan
menjadi semacam ibadah, tentu pemkot dan pemda tidak berhak melarangnya. Namun, jika ternyata
perayaan Valentine itu hanyalah sebatas budaya dan tidak ada unsur teologi maka
masih ada ruang bagi pemerintah untuk melarangnya. Tinggal di lihat saja, apakah
budaya tersebut lebih memberikan dampak negatif atau positif bagi mayoritas masyarakat.
Pendapat mengena boleh tidaknya merayakan hari Valentine menurut masyarakat Indonesia sampai saat ini masih terbagi
menjadi dua. Meskipun tidak semuannya, sebagian besar yang menolak perayaan
Valentine berasal dari orang Islam main stream atau sering disebut Islam Ahli
Sunah wal Jamaah. Sedangkan orang-orang Islam yang mendukung perayaan hari
Valentine berasal dari kalangan Islam Liberal dan kalangan non muslim. Mungkin ada beberapa pembaca
yang belum mengetahui tentang Islam Liberal ini. Sedikit saja saya ungkapkan,
di katakan Islam Liberal karena pemikiran orang-orang yang menganut paham ini
sangat liberal. Saking liberalnya mereka sampai berani mengatakan kalau semua
agama itu benar.
Nah dari paparan di atas,
tinggal kita cermati. Sejauh ini momen perayaan hari Valentine lebih sering digunakan
untuk hal-hal yang positif atau negatif. Kembali kepada hukum aslinya, kalau
perayaan hari Valentine hanya sebuah budaya semata maka apabila mayoritas
masyarakat dan pemerintah Indonesia menganggap perayaan ini memberikan dampak
yang sangat buruk tentu tidak ada salahnya di larang. Bahkan malah harus di larang. Namun, jika ternyata melihat
dari kejadian yang sudah-sudah, kebanyakan orang-orang menggunakan momen ini untuk
hal-hal yang bermanfaat atau malah berguna bagi nusa dan bangsa sebaiknya ya
jangan di larang. Tidak boleh dan harus di lestarikan malahan. Silahkan pembaca
menjawab sendiri.
Penulis: Ardian Pradana
@pradanaardian
0 comments:
Posting Komentar